Beberapa waktu terakhir aku sempat memikirkan begitu banyak hal. Dan sampai akhirnya jatuh pada pemahaman ini.
Bicara soal “Self esteem” disini aku tidak hanya membahas soal rasa percaya diri. Dan dari segi definisi juga ternyata hal ini bukan hanya tentang tampil kuat di depan orang lain.
Melainkan sebuah fondasi yang akan menentukan bagaimana kita memandang diri, bagaimana kita menjaga batas, dan bagaimana kita mengizinkan orang lain memperlakukan kita. Dan kadang, kita baru benar-benar menyadari pentingnya hal itu ketika kita sudah berada di fase krisis harga diri.
Sebagai perempuan yang masih berproses, aku juga merasakan bagaimana rasanya ketika titik rendah itu datang. Kondisi ketika kita mulai merasa tidak cukup, selalu takut, dan mudah goyah ketika berada di dalam sebuah hubungan. Saat itu aku sempat bertanya-tanya,
“Kenapa ya ada perempuan yang sebegitu takutnya untuk jatuh cinta lagi?”
“Kenapa kata trauma begitu mudah keluar dari mulut mereka?”
Sampai akhirnya aku merasakannya sendiri. Iya, ternyata ada banyak hal yang tak terlihat sebelum seseorang itu kehilangan rasa aman dalam dirinya.
Self esteem bisa terkikis bukan hanya oleh satu kejadian besar, tapi oleh banyak momen kecil yang bertumpuk. Seperti perlakuan buruk yang kita biarkan, batas yang kita langgar demi menyenangkan orang lain, atau cinta yang terlalu kita maklumi walau sebenarnya menyakitkan. Dan luka seperti itu tidak selalu langsung terasa. Ia bekerja pelan-pelan, dari dalam.
Di titik itu aku belajar satu hal penting. Perempuan yang terlihat “takut mencintai lagi”, bukan berarti lemah. Justru, mereka pernah terlalu kuat menahan sesuatu sendirian. Mereka pernah mencoba bertahan, bahkan ketika hatinya sudah lama lelahnya.
Trauma bukan sekadar label. Itu adalah reaksi alami tubuh dan pikiran yang pernah merasa tidak aman. Itu adalah tanda bahwa ada batas yang pernah dilanggar. Ada bagian diri yang pernah tidak dibela.
Dan disinilah letak pentingnya kita menentukan titik tersebut. Titik untuk berhenti menerima perlakuan yang tidak layak, titik untuk menarik diri dari lingkaran yang merusak, titik untuk lebih berani lagi berkata “cukup” sebelum kita kehilangan diri sendiri.
Membangun self esteem bukan tentang berubah drastis. Hal tersebut bisa dimulai dari keputusan-keputusan kecil. Seperti, bagaimana kita menjaga diri, bagaimana kita bicara pada diri sendiri, bagaimana kita mengizinkan diri untuk pulih tanpa rasa bersalah. Self esteem tumbuh ketika kita berani menghargai diri, bahkan ketika dunia membuat kita ragu.
Perjalanan ini mungkin kompleks. Ada banyak trigger, banyak kenangan yang sulit, dan banyak pertanyaan yang muncul ketika kita mulai mengenali luka kita sendiri. Tapi justru karena perjalanan ini tidak mudah, maka penting untuk dijalani.
Perempuan berhak punya ruang aman dalam dirinya sendiri. Ruang untuk tumbuh tanpa ketakutan, ruang untuk mencintai diri tanpa ragu.
Kalau hari ini kamu masih belajar, itu bukan tanda kamu gagal. Itu tanda bahwa kamu sedang berani. Sedang bertumbuh. Dan sedang kembali kepada diri kamu yang paling utuh.
Posting Komentar